Persela Lamongan ternyata tidak segagah koar-koarnya mengamankan poin
di kandang sendiri. Persela gagal memaksimalkan statusnya sebagai tuan
rumah untuk mendapatkan tiga poin. Dalam lanjutan kompetisi ISL tadi
malam, tim besutan Gomes de Oliviera itu ditahan imbang Persisam
Samarinda dengan skor 1-1 (0-0).
Tambahan satu poin tersebut membuat Persela niak ke peringkat 16 dari
posisi juru kunci dengan 7 poin. Sedangkan tim tamu tetap tidak
tergoyahkan di posisi lima besar. Persisam sementara berada di posisi
ke-4 dengan 15 poin.
Asa tiga poin sempat membumbung di dada Gustavo Lopez dkk pada
awal-awal babak kedua. Tuan rumah unggul lebih dulu melalui gol Zaenal
Arifin pada menit ke-47. Apalagi, Persisam yang harus bermain 10 orang
sejak menit 65 karena Pierre Njanka terkena akumulasi dua kartu kuning.
Sayang, keunggulan skor dan jumlah pemain itu gagal dimanfaatkan tim
tuan rumah. Sundulan Bayu Gatra justru mampu menyamakan kedudukan pada
menit ke-78. Gol penyama kedudukan tersebut berawal dari tendangan bebas
Ebrahim Lovinian.
Di waktu tersisa, pemain-pemain Persela terus berupaya menggempur
pertahanan tim besutan Sartono Anwar itu. Namun, sampai wasit Okky Dwi
Putra meniupkan peluit akhir, kedudukan tetap imbang 1-1.
Seusai pertandingan, Pelatih Persela Gomes de Oliviera mengeluhkan para pemainnya yang tetap saja lengah dalam menghadapi set piece
lawan. “Untuk kali kesekian gawang kami harus kebobolan dari tendangan
bola mati. Kelemahan ini harus segera kami perbaiki,” tegas Gomes
Sementara itu, evaluasi kepelatihan Gomes de Oliviera tidak terbatas
pada teknis dan strategi pertandingan. Prestasi Persela Lamongan yang
jeblok dan berada di papan bawah klasemen sementara Indonesia Super
League (ISL) juga tidak terlepas dari kondisi fisik pemain. Pelatih asal
Brazil itu diminta mengimbangi menu latihan teknis bermain bola dengan
peningkatan fisik pemain.
Fisik pemain selama kompetisi berjalan hingga delapan laga dinilai
kedodoran. Sering terlihat di tengah pertandingan pemain tidak
bergairah. Kondisi fisik habis sehingga sangat berpengaruh pada
permainan di lapangan. “Untuk itu, manajemen meminta kepada pelatih agar
fisik pemain juga dipikirkan,” kata asisten manajer Persela, Yuhronur,
kemarin (2/3).
Memang, dibanding saat tim dibesut Miroslav Janu, fisik pemain
sekarang sangat kurang. Janu sangat getol dan menerapkan aturan ketat
untuk membentuk fisik pemain. Salah satu cara yang ditempuh, dia melatih
Gustavo dkk mulai pukul 09.00 dan terkadang selesai jam 12.00.
Sebenarnya program latihan fisik pemain ala Janu ini bisa diterapkan.
Apalagi, asisten pelatih Didik Ludianto musim lalu juga mendampingi
Janu sehingga ilmu itu pasti terserap. Yuhronur mengatakan, hal tersebut
bisa saja dilakukan. Menurutnya, pelatih sudah diberitahu apa dan
bagaimana caranya agar stamina atau fisik pemain harus ditingkatkan.
“Atau, bisa jadi kami akan mendatangkan pelatih fisik,” tandas Yuhronur.
0 komentar:
Post a Comment